Monday, July 21, 2014

TOLKIEN FACTS


Kumpulan fakta tentang Prof. J. R. R. Tolkien.

Dirangkum oleh Lady Arwen Poppy D. Kartadikaria, pertama kali dipost di FB grup Eorlingas: Minggu, 9 February 2014.



**********


Pada 13 Maret 1956, seseorang dari Brixton Road, London, menulis surat kepada JRR Tolkien setelah dia mendengar sandiwara radio LOTR. Dan dia berkata namanya adalah Sam Gamgee. The real Sam Gamgee. Tolkien terkejut dan senang sekali. Dia menjelaskan dari mana dia mendapatkan nama Sam Gamgee untuk karakter di bukunya dan akhirnya mengirimkan buku LOTR langsung kepada the real Sam (Sam Gamgee ini belum pernah baca LOTR, baru dengar sandiwara radionya). Dan belakangan Tolkien berkata dia jadi ketakutan kalau-kalau ada orang bernama Gollum menulis surat kepadanya.


**********


Penawaran pertama pembuatan film LOTR terjadi di tahun 1957 dari pengusaha Amerika Forrest J. Ackerman, Morton Grady Zimmerman dan Al Brodax, yang hendak membeli hak pembuatan film animasinya. Tapi Sir Stanley Unwin berkata pada JRRT penawaran itu sebaiknya diambil kalau ceritanya benar-benar setia dengan bukunya, atau mereka menawarkan jumlah uang yang besar. Cash or kudos.

Zimmerman mengirimkan story line kepada JRRT, dan ternyata ceritanya dibuat berantakan, sama sekali tidak menghormati bukunya. Beberapa nama tokoh saja salah, seperti Boromir yang jadi Borimor. Fellowship diantar ke mana-mana naik elang. Lembas disebut sebagai food concentrate. Dan masih banyak perubahan lain. JRRT menulis surat berlembar-lembar berisi protes keras terhadap 'story line' Zimmerman. Pada akhirnya, karena film tersebut tidak memberi banyak uang dan tidak menghormati karya JRRT, perjanjian batal.


**********


LOTR selesai ditulis tahun 1949. Nah, apa yang terjadi sampai harus menunggu beberapa tahun untuk terbit? Ini sebetulnya kesalahan JRRT sendiri. Sejak awal Allen & Unwin memang berniat menerbitkan 'sequel The Hobbit', tapi belum mau menerbitkan Silmarillion. JRRT ngambek karena menganggap Unwin menolak menerbitkan Silmarillion (padahal bukan menolak, hanya dirasa belum waktunya untuk terbit). Maka, ketika Milton Waldman (pemilik Collins publishing house) menunjukkan ketertarikan untuk menerbitkan LOTR sekaligus dengan Silmarillion, JRRT merasa perlu 'membelot'.

Milton Waldman bertanya apakah JRRT punya kewajiban legal atau moral terhadap Allen & Unwin? JRRT bilang tidak ada kewajiban legal, tapi soal moral, sepertinya dia harus menangani 'pembelotan' ini dengan halus agar tidak menyinggung Sir Stanley Unwin (yang baru saja di-knighted) dan putranya, Rayner. Di surat berikutnya kepada Sir Stanley, JRRT berkata bahwa naskah LOTR sudah selesai, tapi jadinya amat sangat tebal, dan lebih mirip Silmarillion daripada The Hobbit. Dan JRRT berkeras LOTR harus terbit bersama dengan Silmarillion. Sir Stanley tidak bisa menjamin bisa menerbitkan sekaligus semuanya (dan ini memang sudah diduga JRRT, waktu itu kertas sedang mahal sehabis perang), dan mengusulkan agar LOTR dibagi tiga buku saja kalau memang tebal sekali. JRRT menolak. Harus satu buku, harus dengan Silmarillion. Ya atau tidak? Tanpa diberi waktu untuk membaca seluruh naskah LOTR, Sir Stanley tidak berani bilang ya. Jadi, jawabannya adalah tidak.

Itu yang diinginkan JRRT.

Maka naskah LOTR pindah tangan ke Milton Waldman, dia bersedia menerbitkan LOTR dan Silmarillion (begitu JRRT selesai menulisnya). Terlebih lagi, penerbit Collins juga pembuat stationary, diary dan percetakan, jadi kertas lebih melimpah di sana dibandingkan di penerbit lain. JRRT segera melanjutkan naskah Silmarillion sementara naskah LOTR dibaca oleh Wladman. Tahun 1950 Waldman hampir selesai membaca LOTR tapi ada satu permintaannya: cerita terlalu panjang. Potong.

Kita bisa menebak apa jawaban JRRT. Dia tidak mau memotong LOTR, apalagi mempersingkat Silmarillion. Dan kebetulan pula di saat ini Waldman berangkat ke Italia dan menghabiskan waktu hampir sepanjag tahun di sana. JRRT juga disibukkan dengan pekerjaannya yang membutuhkan dia berangkat ke Belgia dan Irlandia. Sampai akhir tahun 1951 masih belum ada kepastian kapan LOTR terbit, dan Silmarillion juga belum selesai ditulis. Sir Stanley Unwin sempat menyurati lagi dan berkata dia masih tertarik untuk menerbitkan LOTR kalau JRRT mau membiarkannya membaca dulu naskah itu.

Tahun 1952 akhirnya JRRT memberi ultimatum kepada Milton Waldman: LOTR harus segera terbit, kalau tidak, naskah itu bakal diserahkannya lagi ke Allen & Unwin. Tidak ada kesepakatan akhirnya membuat Waldman membatalkan niat menerbitkan LOTR dan Silmarillion. Jadi, sambil malu-malu, JRRT menawarkan lagi LOTR kepada Sir Stanley Unwin. Kali ini JRRT tidak memaksa Sir Stanley menerbitkan Silmarillion juga (daripada tidak sama sekali, lebih baik LOTR terbit meski Silmarillion belum ada kepastian). "Bisakah kau melakukan sesuatu untuk membuka gerbang yang kubanting sendiri di depan hidungmu?" JRRT memohon kepada Sir Stanley.

Dan tentu saja Sir Stanley bersedia!


**********

Banyak orang menduga, selain karena perfeksionis, JRRT tidak mampu 'berpisah' dari naskah yang sedang ditulisnya. Ini terutama berlaku untuk Silmarillion. Jadi, kalau naskah itu selesai, seolah-olah dia tidak punya 'sesuatu' lagi buat diulik. Dan hal ini tampaknya juga terjadi saat proses penulisan LOTR. Berawal dari gaya bahasa yang ringan di Fellowship of the Ring, semakin belakang gaya penulisannya semakin rumit dan arkaik, lebih menyerupai Silmarillion, karena menurut JRRT, LOTR lebih dianggapnya sebagai sequel Silmarillion, bukan sequel The Hobbit. Dan ini memang disengaja, karena cerita juga semakin kompleks dan gelap.

JRRT merevisi ulang, mengubah detail ini itu, merevisi lagi, mengubah detail lagi, maka pada tahun 1947 barulah LOTR hampir selesai ditulis, sepuluh tahun sejak dimulai. Tapi belum benar2 selesai. Karena JRRT membaca lagi dari awal, merevisi lagi sampai tidak ada satu kalimat pun yang lolos dari perhatiannya. Dia mengaku menangis ketika menulis penghargaan terhadap para hobbit di Field of Cormallen. Dia juga menulis epilog, di mana Samwise Gamgee bercerita kepada anak2nya tentang apa yang terjadi terhadap anggota Fellowship (kemudian bagian ini tidak jadi dimasukkan).

Di tahun 1947 juga, JRRT menulis revisi untuk The Hobbit, terutama di bab Riddle in the Dark, agar lebih 'nyambung' dengan LOTR kemudian, berhubungan dengan sikap Gollum terhadap One Ring. Di cetakan awal, Bilbo dianggap berbohong tentang bagaimana dia mendapatkan One Ring dari Gollum (ingat, The Hobbit adalah buku catatan perjalanan yg ceritanya ditulis oleh Bilbo sendiri). Bilbo mengaku mendapatkan One Ring secara jujur, direlakan oleh Gollum akibat Gollum kalah main tebak-tebakan. Tapi ini tidak mungkin terjadi karena One Ring sangat berharga di mata Gollum. Maka, di edisi revisi, diceritakanlah kejadian sebenarnya (Bilbo main curang) seperti yang kita baca sekarang; dengan alasan Bilbo merevisi catatan perjalanannya itu setelah didesak Gandalf.

Akhirnya di musim gugur 1949 JRRT selesai mengetik semua naskah LOTR (dengan dua jari, karena dia tidak bisa mengetik 10 jari, dan di tempat tidur, karena meja kerjanya penuh naskah dan kertas sampai mesin ketiknya tidak muat). Dan kepada Stanley Unwin dia berkata, "Naskah ini kutulis dengan darah, dengan tetesan deras atau ringan, dan aku tidak akan melakukannya dengan cara lain."


**********


Di akhir tahun 1940, JRRT berhenti menulis LOTR hampir setahun lamanya, dan bukan karena faktor kesibukan. Dia mengalami writer's block. Naskah ditinggalkan ketika Fellowship sampai di makam Balin di Moria. Ketika kemudian dilanjutkan lagi, JRRT membuat outline untuk akhir cerita, yang menurutnya tidak bakal lebih dari beberapa bab lagi. Dimulai dari sketsa plot tentang dua hobbit bertemu Treebeard (belakangan, sewaktu bab ini ditulis, suara Treebeard "Hrum, Hroom" terinspirasi dari suara berat CS Lewis). Penerbitnya, Allen & Unwin, berharap LOTR bisa dipublikasikan sekitar dua tahun setelah The Hobbit, tapi harapan itu pupus. Bulan Desember 1942, Unwin menerima surat dari JRRT yang berkata, "Sudah hampir selesai. Kuharap liburan ini aku punya waktu luang, dan bisa menyelesaikannya awal tahun depan. Sudah sampai bab XXXI dan butuh sekitar enam bab lagi untuk selesai (sudah ada outline)."

Tapi, seperti yang kita ketahui, bab XXXI (yang kemudian berjudul Flotsam and Jetsam) adalah akhir Book III, masih jauh dari selesai. Butuh 31 bab lagi sebelum kisah LOTR berakhir. Dan di musim panas 1943, JRRT mengaku bahwa dia 'mentok'.

Buat yang belum baca bukunya, LOTR itu terdiri dari enam babak. Buku Fellowship of the Ring terdiri dari Book I dan Book II (babak 1 dan 2), The Two Towers terdiri dari Book III dan Book IV, The Return of the King terdiri dari Book V dan Book VI. Jadi maksud Book III di atas adalah babak 3, bagian awal buku The Two Towers.


**********


Tahun 1911, setelah JRRT lulus dari King Edward’s School, dia dan adiknya Hilary serta beberapa kerabat berlibur ke Switzerland. Di sana JRRT membeli postcard bergambar lukisan karya J. Madlener berjudul Der Berggeist (the mountain spirit) yg menunjukkan lelaki tua duduk pada batu di bawah pohon pinus, berjanggut putih, mengenakan topi bertepi lebar dan jubah panjang, dengan paras ramah. Bertahun-tahun kemudian JRRT menulis catatan pada bungkus postcard tersebut: “Origin of Gandalf.”

Tahun 1913, selagi kuliah di Oxford, JRRT membaca salah satu materi kuliah Anglo-Saxon berupa puisi religius berjudul Crist of Cynewulf. Dua baris puisi sangat menempel di kepalanya:Eala Earendel engla beorhtastOfer middangeard monnum sended.(Hail Earendel, brightest of angels / above the middle-earth sent unto men.)Menurut keyakinan JRRT, Earendel dulunya adalah sebutan bagi bintang Venus.

Tahun 1914 JRRT berlibur ke Nottinghamshire mengunjungi bibinya dan adiknya, Hilary. Di sana dia menulis puisi yg terinspirasi dari Crist of Cynewulf, yg diberinya judul ‘The Voyage of Earendel the Evening Star’:

Earendel sprang up from the Ocean’s cupIn the gloom of the mid-world’s rim;From the door of Night as a ray of lightLeapt over the twilight brim,And launching his bark like a sliver sparkFrom the golden-fading sandDown the sunlit breath of Day’s fiery deathHe sped from Westerland.

Kemudian puisi itu ditunjukkannya kepada salah satu sahabatnya, G.B. Smith, yg berkata dia menyukainya dan bertanya apa artinya. JRRT menjawab, “Aku tidak tahu. Aku akan mencari tahu.” Dia tidak berkata ‘aku akan menuliskan lanjutannya’, tapi dia bilang ‘aku akan mencari tahu’. Jadi, sejak awal sudut pandang JRRT terhadap legendariumnya adalah dia bukan pencipta, tapi seorang peneliti yg menemukan manuskrip tua untuk diterjemahkan. Seperti yg kita ketahui, JRRT berkata bahwa The Silmarillion adalah buku sejarah yg ditulis kaum elf dalam bahasa Quenya, ditemukan oleh Bilbo di perpustakaan Rivendell, kemudian diterjemahkan Bilbo ke bahasa Westron, kemudian ditemukan JRRT dan diterjemahkan ke bahasa Inggris! Begitu pula belakangan dengan The Hobbit dan LOTR. Kedua buku itu adalah catatan perjalanan yg ditulis Bilbo, kemudian ditulis Frodo, kemudian dipanjutkan Samwise, yg akhirnya ditemukan Tolkien dan diterjemahkan ke bahasa Inggris.

Tahun 1915 JRRT mulai serius menciptakan bahasa kompleks yg dipengaruhi kuat oleh Finnish, dan dia menyebut ini sebagai ‘hobi sinting’. Kepada tunangannya, Edith Bratt, JRRT bilang ini adalah ‘my nonsense fairy language’. JRRT mulai menulis ‘Lay of Earendel’ yg menceritakan negeri misterius bernama Valinor di mana tumbuh Two Trees, salah satunya berbuah apel emas matahari dan satu lagi apel perak bulan. Unsur-unsur ini yg akhirnya membentuk Silmarillion.


**********


Dari Letters of JRRT, surat nomor 257, per tanggal 16 Juli 1964. Waktu ini JRRT tinggal di 76 Sandfield Road, Headington, Oxford. Cuma mau mengutip omelan beliau ini:

"While the actual inhabitants do all that radio, tele, dogs, scooters, buzzbikes, and cars of all sizes but the smallest, can do to produce noise from early morn to about 2 a.m. In addition in a house three doors away dwells a member of a group of young men who are evidently aiming to turn themselves into a Beatle Group. On days when it falls to his turn to have practice session the noise is indescribable..."

(...and cue to LOL!) Jadi, siapa yg pernah jadi tetangga Mbah Tolkien ya? John, Paul, George, atau Ringo?


********** 


JRRT pernah diundang oleh salah satu toko buku di Rotterdam, Nederland, tahun 1958, untuk acara 'Hobbit Dinner' dan ini kutipan pidatonya:

"...sudah dua puluh tahun berlalu sejak aku mulai menuliskan dengan sungguh-sungguh sejarah leluhur-hobbit kita yang terhormat di Zaman Ketiga. Aku menatap ke Timur, Barat, Utara dan Selatan, dan aku tidak melihat Sauron; tapi kulihat ternyata Saruman punya banyak keturunan. Kita kaum Hobbit tidak punya senjata magis untuk melawan mereka. Tetapi, my gentlehobbits, mari bersulang: demi kaum Hobbit. Semoga mereka mengalahkan Saruman-Saruman dan bisa menatap musim semi kembali di pepohonan."


********** 
Beberapa minggu setelah The Hobbit terbit (1937) JRRT bertemu dengan publisher-nya, Stanley Unwin. JRRT mengamati Unwin yang bertubuh kecil, bermata cerah dan berjanggut, dan menyebutnya, "mirip seperti salah satu dwarf-ku, tapi dia tidak merokok." Unwin meminta JRRT untuk membuat sequel The Hobbit, tapi pada saat itu JRRT belum punya ide untuk melanjutkan kisah seorang hobbit. Lagi pula, di akhir cerita, dikatakan bahwa Bilbo "remained very happy to the end of his days, and those were extraordinary long." Bagaimana cara Bilbo menghadapi petualangan lagi tanpa kontradiktif dengan kalimat penutup The Hobbit itu?

Maka, meski JRRT mengaku tidak ada hubungannya dengan The Hobbit, dia menyerahkan beberapa cerita pendek untuk anak-anak (Farmer Giles of Ham, Roverandom, Mr. Bliss) serta naskah The Lost Road dan manuskrip Silmarillion (berisi juga puisi The Gest of Beren and Luthien) yang belum selesai. Unwin berkata cerita-cerita pendek untuk anak-anak sangat memukau, dan Silmarillion sangat menarik meski tidak cocok untuk anak-anak. Tapi bukan itu yang diinginkan pembaca. Penggemar JRRT meminta kisah tentang hobbit lagi.

Akhirnya, pada 19 Desember 1937, JRRT menyurati Unwin bahwa "Aku sudah menulis bab pertama kisah baru tentang hobbit, A Long Expected Party." JRRT meminta Unwin menunjukkan manuskrip itu kepada putranya, Rayner, yang dulu meloloskan naskah The Hobbit. Rayner menyukainya, dan meminta JRRT melanjutkan.

Mula-mula, ide cerita berawal dari Bilbo yang kehabisan harta dan hendak berpetualang lagi mencari harta karun baru. Tapi kemudian ide ini diubah menjadi putra Bilbo yang berpetualang, dan namanya adalah Bingo Bolger-Baggins. Pada saat ini JRRT mulai mendapat ide baru, yaitu "buatlah cincin yang jadi penghubung cerita". Kemudian di catatan lain JRRT menulis, "Cincin: dari mana asalnya? Necromancer? Benda yang tidak berbahaya kalau digunakan untuk kebaikan. Tapi punya harga. Entah kita harus melepaskannya, atau kita akan kehilangan jati diri sendiri." Dari sini gagasan diubah lagi: Bingo menjadi keponakan Bilbo, bukan putranya.

Bab kedua mulai ditulis, diberi judul Three's Company, di mana Bingo berangkat melancong bersama dua sepupu, Odo dan Frodo. JRRT berkata kisah kadang-kadang berjalan di luar kendali, dan dia sendiri terkejut karena menulis tentang datangnya Black Rider yang mencari-cari ketiga hobbit. Tanpa sadar JRRT mengubah suasana kisah dari The Hobbit yang lucu menjadi lebih gelap dan luas. Dan mendekati konsep Silmarillion.

Bab ketiga ditulis, masih tanpa judul, tapi belakangan bab ini yang kita kenal sebagai A Shortcut to Mushrooms. Rayner yang membaca manuskrip berkata "too much hobbit talk," dan bertanya apa judul bukunya. Apa dong? JRRT belum tahu, dan yang lebih penting lagi, dia juga tidak tahu tentang apakah sebenarnya cerita ini. Dan pada saat itu (selain tugas mengajar, jadi tutor, menilai ujian, dll) putra ketiganya, Christopher, dipulangkan dari sekolah asrama karena sakit. Jadi manuskrip diabaikan beberapa lama sampai JRRT sendiri putus asa dan tidak tahu hendak dikemanakan lagi ceritanya.

Tapi pada Juli 1938 JRRT mulai berkonsentrasi tentang asal muasal Cincin, dan mulai menulis dialog antara Bingo dengan seorang elf bernama Gildor. Dari Gildor-lah Bingo tahu bahwa Cincin berasal dari Necromancer dan penjelasan mengenai Ringwraiths. Kemudian ditulis pula paragraf percakapan Bingo dengan Gandalf tentang Cincin ini. Sehingga pada Agustus 1938 JRRT sudah mencapai bab 7.

Ketika keluarga Tolkien berlibur ke Sidmouth, JRRT menulis lebih banyak, membawa ketiga hobbit ke penginapan di Bree, di mana mereka bertemu karakter misterius, seorang hobbit bernama Trotter. Belakangan, Trotter diubah menjadi manusia berjulukan Strider. Namun JRRT masih tidak tahu ke mana cerita berjalan. Pada saat para hobbit tiba di Rivendell, JRRT membuat catatan "terlalu banyak hobbit, dan Bingo nama yang konyol. Ubah Bingo = Frodo." Tapi kemudian dicoret lagi karena katanya "aku sudah terlalu terbiasa dengan Bingo." Baru pada tahun 1939 nama Bingo diubah menjadi Frodo, setelah seluruh manuskrip ditulis ulang dari awal.

Tapi pada saat menulis di Sidmouth, mendadak gagasan baru muncul di kepala JRRT. Dia menulis catatan "Cincin milik Bilbo ternyata adalah one ruling Ring, cincin-cincin lain sudah kembali ke Mordor, yang ini hilang." Mulai terbentuk plot tentang Sauron yang mencari One Ring, dan One Ring harus dihancurkan di Mordor. Kisah sekarang mulai terbentuk, dan berubah jauh dari cerita anak-anak di The Hobbit menjadi lebih serius. Dan ketika menyurati Unwin lagi, JRRT sudah menyebutnya dengan "The Lord of the Rings."


********** 


Sekitar tahun 1896 Mabel Tolkien membawa kedua putranya pindah ke desa Sarehole. JRRT dan adiknya, Hilary, yang baru berusia 2,5 tahun, sering menjelajah. Salah satu lokasi favorit mereka untuk menjelajah adalah Sarehole Mill, dimiliki seorang penggiling gandum dan putranya, dan dua-duanya galak. JRRT menjuluki si putra penggiling sebagai 'White Ogre' karena pakaiannya selalu penuh terigu putih. Sementara itu ada seorang petani yang dijuluki 'Black Ogre' oleh JRRT dan Hilary.Petani itu pernah mengejar-ngejar JRRT karena dia ketahuan mencuri jamur! (sounds familiar?) Sarehole Mill dan si penggiling dan putranya yang galak kemudian menginspirasi JRRT dalam menggambarkan Great Mill di Hobbiton dan pemiliknya, Ted Sandyman. Sedangkan si petani? Kita tidak bisa melupakan karakter Farmer Maggot.

Ketika baru pindah ke Birmingham, JRRT sempat kebingungan dengan dialek lokal yang berbeda dengan bahasanya sehari-hari. Salah satu yang diingatnya adalah 'gamgee', yaitu sebutan untuk bola kapas. Berasal dari seorang dokter bernama Gamgee yang menciptakan gamgee-tissue. Belakangan, tahun 1932, ketika JRRT dan keluarganya berlibur ke Cornwall, ada seorang penduduk lokal di sana, lelaki tua yang berkeliaran menyebarkan gosip atau ramalan cuaca setiap hari. Sebagai bahan bercandaan dengan putra-putranya, JRRT menamai lelaki itu Gaffer Gamgee, sebetulnya hanya supaya namanya beraliterasi (G dan G). Dari sana terciptalah karakter ayahanda Samwise Gamgee.

Dari kegemarannya mempelajari dongeng dan bercerita, JRRT mengirimkan puisi tentang Tom Bombadil ke Oxford Magazine dan dimuat di sana. Di kurun waktu 1920-30an rekan-rekan sejawatnya menganggap dia punya hobi aneh menyangkut harta karun naga dan lelaki kecil lucu bernama Bombadil, yang menurut mereka remeh dan kekanak-kanakan. Tapi kemudian pandangan itu akan segera berubah, karena pada suatu hari di musim panas, terjadi hal bersejarah. Ketika sedang memeriksa hasil ujian mahasiswa, dan mendapati selembar kertas yang dibiarkan kosong tanpa jawaban, JRRT tanpa sadar mulai menorehkan sebuah kalimat di sana, yang di kemudian hari akan menjadi salah satu kalimat paling terkenal di dunia literatur: "In a hole in the ground, there lived a hobbit." And enter Mr. Baggins...


********** 


Selagi masih bersekolah di King Edward's School, JRRT dan beberapa temannya membentuk TCBS (Tea Club, Barrovian Society), perkumpulan yang membahas literatur dan saling mengkritik karya-karya anggotanya sendiri. Pada PDI JRRT dan teman-temannya masuk kemiliteran (JRRT sendiri termasuk dalam Lancashire Fusiliers yang ditugaskan di Prancis), dan dua teman dekatnya, GB Smith dan Rob Gilson, tewas dalam perang. Satu-satunya teman dekat JRRT dan anggota TCBS yang selamat dari PDI adalah Christopher Wiseman (JRRT menamai putra ketiganya dari nama Wiseman). Kematian sahabat-sahabatnya sangat memengaruhi Tolkien dan sempat membuatnya patah semangat, namun sebelum tewas, GB Smith pernah menyuratinya dan berkata, "May you say things I have tried to say long after I am not here to say them." Kemudian Wiseman menyuratinya dari posnya sebagai angkatan laut, "You ought to start the epic." Karena meski anggota TCBS ada yang tewas, semangat mereka harus tetap ada.

Maka, pada tahun 1917, di sebuah buku tulis murahan, JRRT mulai menorehkan judul yang dipilihnya untuk mitologi ciptaannya: The Book of Lost Tales, yang isinya kemudian kita kenal sebagai The Silmarillion.


********** 


Tahun 1917, ketika JRRT masih bertugas di Yorkshire, Edith dan putra pertama mereka yang masih bayi, John Tolkien, pindah ke desa bernama Roos, dekat dengan kamp militer tempat JRRT (sekarang berpangkat letnan) bertugas. Kadang-kadang, jika ada waktu luang, JRRT dan istrinya berjalan-jalan menelusuri pedesaan. Dekat Roos mereka menemukan hutan kecil penuh belukar hemlock. JRRT mengingat Edith pada saat ini, "Rambutnya hitam legam, kulitnya cemerlang, matanya cerah, dan dia bisa bernyanyi---dan menari." Edith bernyanyi dan menari untuk suaminya, dan dari kejadian inilah JRRT menuliskan kisah Beren, seorang manusia fana, yang jatuh cinta kepada Luthien Tinuviel, seorang putri elf cantik jelita, setelah melihat Luthien menari di antara belukar hemlock di hutan.

Setelah kematian Edith, JRRT menulis kepada putranya, Christopher, tentang keinginannya menambahkan nama Luthien di batu nisan. Karena, "Dia adalah Luthien-ku."


********** 


Sebagai seorang ahli Old English, pekerjaan JRRT adalah termasuk menerjemahkan puisi-puisi Anglo-Saxon ke bahasa Inggris, sebagiannya adalah 'Sir Gawain and the Green Knight', 'Sir Orfeo', dan 'Beowulf'. Berbagai makalah dan essay JRRT untuk bahan kuliah mahasiswa-mahasiswanya belakangan diterbitkan, termasuk 'Beowulf: The Monsters and the Critics' (terbit 1939), sebuah kritik literatur. Riset-risetnya selama itu mendorongnya untuk menulis ulang salah satu legenda kegemarannya sejak kecil: Arthur. Legenda Arthur ditulis ulang dalam bentuk puisi aliteratif tidak berima, dimulai awal 1930-an. Sayangnya puisi itu tidak pernah diselesaikannya, karena dia lebih mengutamakan waktunya untuk menyusun Silmarillion. Meski demikian puisi itu pernah dibaca oleh salah satu temannya, E.V. Gordon dan R.W. Chambers, Professor of English di London University, dan mendapat pujian dari mereka. Sejak akhir tahun 1930-an JRRT tidak pernah sempat menyentuh puisi itu lagi, namun sekitar tahun 1955 dia berkata masih berharap untuk menyelesaikannya.

Pada akhirnya, seperti yang kita ketahui, The Fall of Arthur yang tidak pernah selesai kemudian disusun dan diedit oleh Christopher Tolkien dan diterbitkan tahun lalu, 2013.


********** 
Apa yang menyebabkan JRRT butuh 15 tahun untuk menyelesaikan LOTR? Sebagian karena kesibukannya sebagai dosen dan tutor, sebagian karena mentok di tengah jalan, tapi terutama karena dia perfeksionis. Selain pemilihan kata dan cara membangun kalimat, detail cerita pun harus sempura. Ini termasuk geografi, kronologi dan nomenklatur (tatanama). Dalam masalah geografi, dia dibantu putranya, Christopher, yang membuatkan peta. JRRT sendiri sudah membuat sketsa peta sejak awal cerita ditulis, karena menurutnya, peta yang dibikin belakangan bakal membuatnya kerepotan. Christopher menggambar peta yang lebih akurat untuknya. Tapi peta sendiri belum cukup, karena JRRT juga membuat kalkulasi waktu dan jarak, menggambar bagan tentang kejadian-kejadian dalam cerita, menunjukkan tanggal, bulan, jam, dan bahkan kadang-kadang arah angin serta fase bulan. Ditambah lagi dengan pengembangan bahasa-bahasa ciptaannya, dan penamaan tokoh yang harus sesuai dan konsisten menurut evolusi bahasa-bahasa itu sendiri. Dia memang menikmati proses ini, yang disebutnya sebagai 'sub-creation'. Lama kemudian, dia berkata bahwa "aku ingin orang-orang masuk dalam cerita dan percaya bahwa cerita ini adalah kejadian sejarah." Yah, dia berhasil.

JRRT juga butuh dorongan jika dia sedang buntu. Memang, supporter terbesarnya adalah C.S. Lewis, tapi JRRT mungkin takkan pernah bisa menyelesaikan LOTR jika bukan karena Christopher. JRRT menyayangi semua anaknya, tapi jelas sekali Christopher istimewa. Christopher sudah menjadi pendengar setia kisa-kisah ayahnya sejak dia balita, mendorong ayahnya untuk menuliskan The Hobbit yang tadinya hanya diceritakan secara lisan (Michael dan Christopher Tolkien tidak ingat kapan persisnya ayah mereka menciptakan kisah petualangan Bilbo, tapi kira-kira di akhir tahun 1920-an), kemudian membuatkan peta dan menjadi kritikus paling penting dalam proses penulisan LOTR. Maka, di tahun 1944, ketika Christopher harus bertugas dalam kemiliteran di PDII menjadi pilot Royal Air Force di Afrika Selatan, JRRT sangat kehilangan. JRRT sangat cemas, karena menurutnya berada di pesawat tempur adalah tugas paling berbahaya dalam perang, dan dia menulis surat kepada Christopher hampir setiap waktu. (Teringat salah satu penulis Inggris terkenal juga yang menjadi pilot RAF saat PDII di Afrika, Roald Dahl, tapi pada tahun 1944 Dahl sudah tidak bertugas di Afrika dan sudah jadi mata-mata MI6 di Amerika).

Dalam surat-suratnya kepada Christopher, JRRT menceritakan semua detail perkembangan penulisan LOTR, kesulitannya, dan mengirimkan manuskrip terketik kepada putranya itu. Di salah satu suratnya JRRT berkata, "Ayah kangen sekali padamu, dan kesepian tanpa kamu." Dan di surat lain JRRT bercerita bahwa "Pada tahap ini Ayah harus mencari tahu seberapa lambat bulan terbit jika sudah hampir purnama, dan bagaimana membuat stew kelinci!" Dari sini saja kita bisa membayangkan betapa dekat dan berharganya hubungan ayah-anak ini.


**********


Apakah gelar profesor dan berprofesi sebagai don Oxford menjadikan JRRT orang yang kaku? Jauh dari itu. Dia dikenal sebagai orang yang penyayang, sangat perhatian terhadap anak-anaknya, bahkan tidak ragu mencium putra-putranya di depan umum (meski mereka sudah dewasa dan berjanggut). Dia juga bisa bertingkah konyol, seperti ketika lomba berenang dengan temannya, tapi harus mengenakan topi dan sambil mengisap pipa cangklong (nggak kebayang gimana topi dan pipanya nggak basah). Belakangan, waktu sudah tua, dia kesal dengan penjaga toko yang cuek sehingga menyerahkan bayaran berupa beberapa keping koin disertai sebuah gigi palsunya. Dan, yang heboh, di tahun 1930an saat pesta Malam Tahun Baru, JRRT pernah mengenakan permadani dari bulu domba dan mengecat putih seluruh wajahnya untuk menjadi beruang es. Atau tiba-tiba dia berkostum pendekar Anglo-Saxon lengkap dengan kapak, kemudian mengejar-ngejar tetangga yang ketakutan sampai ke ujung jalan.


********** 
Bagaimana JRRT menanggapi kritik terhadap karyanya? Bisa kita lihat dalam kesimpulan singkat yang ditulis oleh sahabatnya, C.S. Lewis (penulis serial Narnia), "Dia hanya punya dua reaksi terhadap kritik: entah dia akan mengulangi tulisannya dari awal atau tidak ditanggapi sama sekali."

Lewis adalah salah satu orang pertama yang membaca dan mengkritik 'The Gest of Beren and Luthien' (yang belakangan diubah jadi 'The Lay of Leithian'), dan Lewis berkata dia suka sekali puisi itu. Tapi Lewis juga memberi kritik tertulis yang amat sangat detail. Nah, kritik tertulis ini dibuat permainan, Lewis pura-pura menulis sebagai ilmuwan bernama Pumpernickel, Peabody dan Schick, yang menyebutkan bahwa ada beberapa baris puisi JRRT yang lemah dan tidak akurat. JRRT senang sekali dan menerima semua kritik tersebut. Tapi alih-alih merevisi, sesudah itu JRRT malah memberikan puisi yang benar-benar diubah total kepada Lewis.

Lewis pernah berkata, "Standar Tolkien dalam mengkritik diri sendiri amat angat tinggi. Biasanya, kalau ada yang mengusulkan agar karyanya diterbitkan, dia malah langsung sibuk merevisi, dan malah semakin banyak ide muncul di otaknya sehingga kami, teman-temannya, yang mengharapkan diberi teks final malah diberi draft pertama dari tulisan baru."

Itulah sebabnya banyak sekali karya Tolkien yang lama kemudian baru diterbitkan. Revisi lagi, revisi lagi, diulang lagi sampai benar-benar dianggapnya sempurna. Perfeksionis tingkat akut. Maka dari itu, belakangan, putra ketiga JRRT, Professor Christopher Tolkien, mampu mengumpulkan semua manuskrip dan draft yang tidak selesai ditulis ayahnya dan disatukan menjadi DUA BELAS volume History of Middle-earth setebal-tebal tembok beton. Tapi itu baru legendarium ME saja. Belum lagi draft dan manuskrip tentang terjemahan puisi, essay, makalah ilmiah, dll yang berhubungan dengan Old English (seperti yang baru terbit belakangan ini: 'The Fall of Arthur'). Dan manuskrip-manuskrip tersebut tidak semua tersusun rapi di buku tulis atau diketik. Ada yang di kertas-kertas lepas, ada yang di balik makalah mahasiswa, ada yang di bon tagihan, dll.

Oh, Professor Christopher, kami amat sangat mengerti mengapa Tolkien Estate begitu protektif terhadap manuskrip-manuskrip Professor JRRT. Karena pekerjaan mengumpulkan dan mengeditnya adalah tugas berat seumur hidup yang tidak akan tergantikan dengan uang sebanyak apa pun di dunia ini.

Jadi, ada berapa karya JRRT yang diterbitkan dalam kurun 1911-2013? SERATUS LEBIH. Sebagian besar adalah puisi, essay, makalah, riset ilmiah, buku teks wajib mahasiswa linguistik, selain novel dan manuskrip tentang ME.


********** 
JRRT adalah dosen yang populer. Meski kadang dia sulit dimengerti karena kecepatannya bicara bisa sampai 100km/jam dan artikulasinya tidak jelas, dan ini artinya mahasiswanya harus berkonsentrasi keras, tapi JRRT mampu membuat topik mata kuliah benar-benar hidup. Contohnya, yang sangat diingat mahasiswa-mahasiswanya, adalah saat pembukaan serangkaian kuliah tentang Beowulf. JRRT masuk ke kelas tanpa bersuara, kemudian mendadak mendeklamasikan kalimat pertama puisi tersebut degan suara membahana, dimulai dengan teriakan, “Hwæt!” (artinya Lo! atau Listen! atau Hark! yang memang biasa sebagai pengawalan puisi-puisi Anglo-Saxon). Mahasiswa-mahasiswanya terlonjak dari kursi, mengira dia berteriak “Quiet!”

JRRT mendeklamasikan Beowulf dengan dramatis, seperti seorang pujangga zaman Anglo-Saxon di balairung jamuan, membuat beberapa generasi mahasiswa terpesona karena dia mampu menjadikan Beowulf hidup, bukan hanya sekadar teks yang harus mereka pelajari dan teliti, namun sebuah puisi dramatis yang kuat.Salah satu mantan mahasiswanya, seorang penulis bernama J.I.M. Stewart, mengingat, “Beliau mampu mengubah ruang kuliah menjadi balairung jamuan di mana beliaulah sang pujangga dan kami tamu-tamu yang sedang menikmati santapan.” Salah satu mantan mahasiswanya juga, W.H. Auden, menulis kepada JRRT bertahun-tahun kemudian, “Kurasa aku belum pernah memberitahu Anda bahwa pengalaman dalam kelas sangat tidak terlupakan bagiku, mendengar Anda mendeklamasikan Beowulf. Suara yang kudengar adalah suara Gandalf.”

Sistem pengajaran JRRT sangat efektif karena dia bukan hanya dosen dan philologist, namun juga seorang penyair. Dia bukan hanya mempelajari kata-kata, namun juga menggunakannya untuk menciptakan puisi. Dia mampu menemukan puisi dalam suara kata-kata itu sendiri, dan dia paham betul bagaimana bahasa digunakan. Dia bukan cuma menjelaskan kepada murid-muridnya apa arti sebuah kata, tapi juga MENGAPA kata tersebut dipilih oleh sang penyair yang sedang diteliti, mengapa bentuk ekspresi tertentu itu yang digunakan. Dia mengajarkan bahwa teks-teks bukan sekadar harus dipelajari tentang perkembangan bahasanya, namun juga sebagai literatur yang layak diapresiasi secara serius dan dikritik.

Maka dari itu sebagai penulis JRRT bisa dibilang sangat berbeda, karena dia memikirkan setiap kata, setiap tanda baca dan setiap penggalan kalimat sampai sedetail-detailnya. Jika dia menggunakan sebuah kata, itu artinya dia sudah memikirkan matang-matang MENGAPA dia menggunakan kata tersebut. Inilah salah satu sebab kenapa dia butuh waktu amat sangat lama untuk menyelesaikan tulisannya. Bahkan Silmarillion tidak pernah diselesaikannya, meski sudah disusun selama ENAM PULUH tahun. Setiap kata, setiap koma, ekspresi, titik, tanda kutip, susunan kalimat, tidak meluncur begitu saja; semua memiliki alasan. Karena JRRT bukan hanya mengenal bahasa dalam taraf arti, tapi juga dalam taraf penggunaannya yang paling tepat dan paling mengekspresikan maksud sang penulis.


********** 


Pada bulan April 1885, Mabel Tolkien membawa dua putranya (JRRT berusia 3 tahun dan Hilary baru setahun) pulang kampung ke Birmingham, Inggris. Arthur Tolkien tidak ikut karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Rencana Arthur untuk menyusul keluarganya ke Inggris terpaksa batal karena pada bulan November dia terserang flu tulang. Bulan Januari tiba kabar bahwa Arthur masih sakit, dan Mabel berniat kembali ke Bloemfontein untuk merawat suaminya. JRRT berniat mengirim surat kepada ayahnya, yang dituliskan oleh pengasuh:


9 Ashfield Road, King's Heath, February 14th 1896.

My dear Daddy,

Aku senang hendak kembali bertemu denganmu karena sudah lama kami berpisah denganmu kuharap kapal membawa Mamie dan Baby [maksudnya Hilary] dan aku kepadamu. Aku tahu kau akan senang sekali mendapat surat dari Ronald kecilmu karena sudah lama aku tidak menulis kepadamu dan sekarang aku sudah besar karena aku punya mantel dewasa dan baju dewasa dan Mamie bilang kau tidak akan mengenaliku dan Baby karena kami sudah jadi lelaki dewasa dan kami mendapat banyak hadiah Natal untuk ditunjukkan kepadamu dan Auntie Gracie datang menemui kami dan aku jalan-jalan setiap hari dan cuma naik kereta dorong sebentar saja, Hilary mengirim banyak cinta dan cium dan juga Ronald-mu tersayang.

Tapi surat JRRT ini tidak sempat dikirim, karena sebuah telegram tiba memberi kabar Arthur menderita perdarahan parah. Hari berikutnya, 15 Februari 1896, Arthur Reuel Tolkien meninggal dunia. Dia dimakamkan di pekuburan Anglican, Bloemfontein, lima ribu mil jauhnya dari Birmingham.


**********


Mabel, ibunda Tolkien, tidak menyukai sikap orang-orang Boer dalam memperlakukan penduduk pribumi Afrika ketika mereka masih tinggal di Bloemfontein, maka di rumah mereka pelayan pribumi diperlakukan dengan baik dan diberi toleransi tinggi. Terutama pada kejadian ini: sewaktu masih bayi, Tolkien pernah 'diculik' oleh salah satu pelayan pribumi bernama Isaak. Isaak tidak bermaksud jahat, hanya ingin memamerkan 'master kecil' ke kraal-nya (kampungnya). Barangkali yang terjadi adalah Isaak dengan bangga berkata ke orang-orang di kampungnya, "Lihat, bayi kulit putih. Lucu ya? Cakep ya?" Kejadian ini memang sempat menimbulkan kehebohan, tapi karena Tolkien bayi kembali dengan selamat, Isaak tidak diberi sanksi apa-apa. Dan Isaak yang sangat berterima kasih kepada majikan-majikannya kemudian memberi nama anaknya sendiri dengan 'Isaak Mister Tolkien Victor' (nama terakhir untuk menghormati Ratu Victoria).


**********