Monday, February 4, 2013

Malapetaka di Gladden Fields

oleh Poppy D. Kartadikaria


Setelah kejatuhan Sauron, Isildur, putra dan pewaris Elendil, kembali ke Gondor. Di sana dia mengenakan Elendilmir sebagai Raja Arnor, dan menyatakan diri sebagai penguasa seluruh kaum Dúnedain di Utara dan Selatan. Selama setahun dia tinggal di Gondor untuk mengatur tapi sebagian besar pasukan Arnor kembali ke Eriador lebih dulu.

Ketika tiba saatnya Isildur kembali ke kerajaannya, dia pergi terburu-buru, dan kepengin mampir dulu di Imladris (Rivendell); karena di sana dia meninggalkan istri dan putra bungsunya, serta butuh merundingkan sesuatu dengan Elrond. Maka di tahun kedua Third Age Isildur berangkat dari Osgiliath dalam perjalanan yang diperkirakan akan makan waktu empat puluh hari menuju Imladris, meninggalkan Gondor dalam kekuasaan Meneldur, keponakannya, putra Anárion (yang gugur di pengepungan Barad-dûr). Ketiga putra Isildur (Elendur, Aratan dan Ciryon) ikut bersamanya, beserta pasukan Garda yang terdiri dari dua ratus kesatria dan prajurit.

Di hari kedua puluh perjalanan, saat mereka sudah dekat dengan hutan di dataran tinggi, hujan angin datang dari Sea of Rhûn. Hujan deras berlangsung selama empat hari, maka ketika mereka tiba di Vales, di antara Lórien dan Amon Lanc, Isildur berbelok dari sungai Anduin yang meluap untuk mendaki tebing curam di sebelah timur sungai, mencari jalan alternatif berupa jalur kuno Silvan Elves dekat tepi hutan.

Pada petang hari ketiga puluh mereka melewati perbatasan utara Gladden Fields, melintasi jalan yang akan membawa mereka ke daerah kekuasaan Thranduil. Di sebelah kanan mereka, hutan menjulang di puncak tebing yang curam, sementara di sebelah kiri mereka tanah melandai menuju dasar lembah. Tiba-tiba, persis ketika matahari tenggelam, mereka mendengar pekikan orc, dan melihat makhluk-makhluk itu muncul dari hutan, berlari ke bawah ke arah mereka sambil menjeritkan teriakan perang. Dalam keremangan jumlah gerombolan orc tidak bisa dipastikan, namun jumlah mereka bisa sepuluh kali lebih banyak daripada pasukan Dúnedain di bawah.

Isildur memerintahkan agar pasukannya membentuk posisi thangail (pagar perisai). Tapi andaikan saja jalan lebih datar atau posisi tebing lebih menguntungkan, pasukannya bisa membentuk posisi dírnaith (kerucut) sehingga bisa menyerang gerombolan orc, dan kekuatan pasukannya bakal bisa menembus gerombolan orc dan membuat mereka kocar-kacir. Namun itu tidak bisa dilakukan sekarang. Isildur mendapatkan firasat buruk.

Isildur berkata pada Elendur bahwa ini serangan cerdas, dan ancaman Sauron masih nyata meski Sauron sendiri barangkali sudah tewas. Mereka tidak bisa minta bantuan karena Moria dan Lórien sudah jauh, dan daerah kekuasaan Thranduil masih empat hari perjalanan lagi. Sementara mereka membawa barang yang sangat penting.
Ketika gerombolan orc semakin dekat, Isildur menyuruh salah seorang prajuritnya, Othar, pergi sekarang juga ke Imladris. Isildur menyerahkan sarung dan pecahan Narsil kepada Othar dan memerintahkannya agar mempertahankan pusaka itu dengan cara apa pun. Othar bergegas pergi bersama satu prajurit lain setelah berlutut dan mencium tangan Isildur.

Jika gerombolan orc melihat kepergian Othar, mereka tidak memedulikannya. Gerombolan itu berhenti sejenak, merundingkan cara penyerangan. Mula-mula mereka menghujani pasukan Dúnedain dengan anak panah, kemudian barisan depan orc menyerbu. Namun pasukan Dúnedain bertahan, anak-anak panah tidak mampu menembus perisai-perisai Númenorean. Manusia-manusia dari ras istimewa itu berdiri lebih menjulang daripada orc yang paling tinggi. Serangan gagal, pasukan yang bertahan hampir tidak terluka, tumpukan mayat orc meninggi. Gerombolan orc mundur.

Sekarang cahaya matahari hanya berupa garis di balik awan, sebentar lagi malam turun, dan Isildur segera memerintahkan pasukannya untuk bergegas melanjutkan perjalanan, namun mengambil jalan lain ke tempat yang lebih datar agar posisi mereka lebih menguntungkan. Mungkin Isildur mengira gerombolan orc mundur setelah serangan gagal itu, tapi bakal tetap mengirim pengintai untuk mengikuti mereka. Karena biasanya orc kabur jika mangsa mereka bisa balas menggigit.

Namun perkiraan Isildur salah. Orc Pegunungan bukan hanya gigih, tapi juga dikomandoi prajurit-prajurit dari Barad-dûr, yang sejak lama sudah dikirim untuk mengawasi jalur itu. Meski mereka tidak tahu Isildur membawa Cincin, mereka masih terikat kekuasaan jahat Sauron. Pasukan Dúnedain belum lagi berjalan sejauh satu mil ketika gerombolan orc bergerak lagi, kali ini tidak langsung menyerang. Mereka turun dalam posisi melebar yang kemudian menekuk menjadi bentuk bulan sabit dan tidak lama kemudian melingkari pasukan Dúnedain. Tanpa teriakan perang, mereka menjaga jarak dari jangkauan tombak Númenor. Cuaca menjadi gelap dengan cepat, dan Isildur hanya memiliki sedikit pemanah.

Terjadilah keheningan, meski beberapa prajurit Dúnedain yang bermata tajam bisa melihat bahwa gerombolan orc bergerak mendekat, mengendap-endap, langkah demi langkah. Elendur menghampiri ayahnya yang berdiri sendirian, tersesat dalam pikirannya sendiri. “Atarinya,” kata Elendur, “bagaimana jika kita menggunakan kekuatan yang akan membuat makhluk-makhluk menjijikkan ini mengerut dan memaksa mereka untuk mematuhimu?”

“Sayang sekali tidak bisa, senya,” jawab Isildur kepada putranya. “Aku tidak bisa mengenakannya. Terasa sakit jika disentuh dan aku belum mampu menguasainya. Butuh seseorang yang jauh lebih kuat daripada diriku untuk menaklukkannya, sekarang aku tahu itu. Benda ini akan kuserahkan kepada Penjaga Tiga Cincin.”

Persis pada saat itu suara trompet membahana dan gerombolan orc menyerang dari segala sisi. Malam sudah turun dan harapan bagi pasukan Dúnedain pupus. Ciryon gugur dan Aratan luka berat. Elendur, tidak terluka, mencari ayahnya. Isildur sedang mengumpulkan pasukan di sisi timur di mana serangan terberat terjadi, karena orc takut pada Elendilmir yang dikenakan Isildur dan mereka menghindarinya.

“Rajaku,” kata Elendur, “Ciryon gugur dan Aratan sekarat. Sebagai penasihat terakhirmu, aku memintamu---tidak, memerintahkanmu sama seperti kau memerintahkan Othar---untuk pergi sekarang. Bawalah bebanmu dan serahkan benda itu kepada Penjaga Tiga Cincin, bahkan jika kau harus menelantarkan pasukan dan aku.”

“Putra raja,” kata Isildur, “aku tahu aku harus mengenakannya, tapi aku takut akan rasa sakitnya. Aku juga tidak bisa pergi tanpa seizinmu. Maafkan aku, maafkan kecongkakanku yang menyebabkan petaka ini.”

Elendur mencium ayahnya dan menyuruhnya pergi.

*sebentar, narator nangis bombay dulu*

Isildur lari ke arah barat, kemudian mengeluarkan Cincin dari kantong yang digantung dengan rantai di lehernya, dia mengenakannya sambil menjerit kesakitan. Lalu dia tidak pernah terlihat lagi.

*sebentar lagi...narator teringat pada Cincin Solomon yg juga bikin si pemakai gegeloprakan kesakitan*

Namun Elendilmir tidak bisa disembunyikan dari mata telanjang meski Isildur menjadi tidak kasatmata setelah mengenakan Cincin, batu permata itu jadi berpendar merah menakutkan seperti bintang terbakar. Orc dan manusia yang melihatnya ketakutan sampai Isildur mengenakan tudung kepalanya.

Nasib pasukan Dúnedain hanya diketahui sejauh ini: semua tewas kecuali seorang prajurit yang tertindih jenazah rekan-rekannya. Elendur juga gugur.

Sementara itu Isildur lari sampai ke dasar lembah. Di sana dia berhenti untuk memastikan tidak ada yang membuntuti. Maka ketika dia tiba di tepi sungai Anduin di tengah malam, dia sangat letih. Dia berdiri di tepi sungai dengan hati berat dan murung. Kemudian dia melemparkan semua persenjataan kecuali pedang di sabuknya, dan melompat ke sungai. Meski Isildur sangat kuat untuk lelaki seusianya, arus Anduin menyeretnya ke utara sampai ke Gladden Fields, membuatnya berjuang melawan kekuatan air dan dari cengkeraman ilalang. Mendadak dia tersadar Cincin lenyap dari jarinya. Mula-mula dia begitu gundah sampai nyaris menyerah dan membiarkan dirinya ditenggelamkan sungai, tapi kemudian seiring berkurangnya rasa sakit dan beban, dia berusaha mencapai tepi barat. Saat dia merangkak dari lumpur di tempat gelap, orc yang mengawasi daerah itu melihat sebuah sosok besar bangkit dengan satu mata terang (Elendilmir di jidatnya) dan memanahnya dengan anak-anak panah beracun.

Isildur tercebur kembali ke sungai, dan tidak ada manusia maupun elf yang pernah melihatnya lagi. Maka gugurlah Isildur, Raja kedua Dúnedain, penguasa Arnor dan Gondor.

Kejadian ini tercatat akibat adanya saksi. Othar dan rekannya lolos dari maut membawa serpihan Narsil. Prajurit yang selamat dari serangan itu adalah Estelmo, yang mendengar percakapan Isildur dengan Elendur sebelum mereka berpisah. Ada penyelamat yang tiba terlambat ke lokasi penyerangan, namun tepat pada waktunya sebelum gerombolan orc memutilasi korban-korban mereka. Kaum Woodmen mengumpulkan pasukan untuk menyergap orc dan mengabari Thranduil. Gerombolan orc kabur, dan bertahun-tahun lamanya mereka tidak menyerang lagi.

Kisah tentang detik-detik terakhir Isildur hanya rekaan, namun berdasarkan bukti-bukti kuat. Catatan ini disempurnakan pada saat Elessar menjabat menjadi Raja di Zaman Keempat. Awalnya diketahui bahwa Isildur, membawa Cincin, melarikan diri ke arah sungai. Kemudian ditemukan helm, perisai dan pedang panjangnya di tepi sungai tidak jauh dari Gladden Fields. Bukti berikutnya adalah gerombolan orc memosisikan pengintai di tepi barat (sisa-sisa perkemahan mereka ditemukan di sana), dipersenjatai busur untuk menghalangi siapa pun yang kabur dari pertempuran ke arah sungai. Bukti keempat, Isildur dan Cincin (bersama-sama atau secara terpisah) pastilah hilang di sungai. Jika Isildur tiba di tepi barat masih mengenakan Cincin, orc pengintai tidak akan melihatnya, dan lelaki sekuat Isildur pasti bisa mencapai Moria atau Lórien sebelum tertangkap karena dia membawa perbekalan.

Lama kemudian diketahui Cincin ditemukan tenggelam di Gladden Fields dekat sisi barat sungai, meski tubuh Isildur tidak pernah ditemukan. Diketahui juga bahwa Saruman selama ini mencari-cari di daerah yang sama, namun meski dia tidak menemukan Cincin (karena sudah diambil Gollum lama sebelumnya), entah apa yang dia temukan di sana.

Ketika Raja Elessar mulai menyelidiki, salah satu tugas pertamanya adalah memugar Orthanc, di mana dia hendak meletakkan kembali palantír yang diambil dari Saruman. Kemudian menara itu digeledah. Banyak harta karun ditemukan, termasuk permata dan pusaka milik Eorl, dijarah dari Edoras oleh Wormtongue. Di balik pintu rahasia yang takkan mungkin ditemukan jika bukan karena bantuan Gimli, sebuah lemari besi ditemukan. Barangkali lemari besi itu dimaksudkan untuk menyimpan Cincin, tapi sekarang keadaannya hampir kosong. Dalam peti kecil di rak paling atas terdapat dua benda. Sebuah kantong dari emas pada rantai halus, kosong, namun tidak diragukan lagi kantong itu milik Isildur yang digunakannya untuk menyimpan Cincin. Benda kedua, yang disangka sudah lenyap selamanya, adalah Elendilmir, kristal buatan elf yang diikat oleh mithril, yang dikenakan turun-temurun sejak Silmarien sampai Elendil. Elessar sendiri mengenakan Elendilmir yang dibuat oleh kaum elf Imladris untuk Valandil (putra bungsu Isildur yang kemudian bertakhta) dan diwariskan turun-temurun sampai ke tangan Elessar, dan meski permata itu juga sangat indah dan berharga, tidak bisa disamakan dengan sejarah Elendilmir pertama yang dikira lenyap bersama Isildur di sungai.

Maka kaum manusia berduka, karena Elendilmir pastinya takkan pernah lagi ditemukan jika masih dikenakan Isildur dan dia tenggelam di air yang dalam dan terseret arus. Isildur pasti terjatuh ke air dangkal. Mengapa dalam satu zaman tidak ditemukan tulang-belulangnya? Apakah Saruman menemukannya lebih dulu dan membakarnya?

Sumber: Unfinished Tales.


  • Novia Stephani and Victor Prahara like this.
  • Ganda Christian Panggabean Sbnrnya sjak kpn, saruman mulai serakah? dan dmanakah kbradaan gandalf dalam ksah ini?
  • Poppy D Kartadikaria Soal kapan Saruman jadi serakah, nobody knows. Kayaknya kaum Istari belum 'turun' ke ME saat kejadian Gladden Fields ini, nggak inget apakah disebutkan zaman dan tahun berapa Saruman dkk datang ke ME. Perlu diingat manuskrip ini disebut Unfinished Tales karena memang baru corat-coret, jadi jika ada beberapa bagian yg tidak sesuai dengan kronologi di LOTR itu karena Tolkien belum menentukan dan menyelesaikan kisah2 di sini untuk disusun.
  • Ganda Christian Panggabean oooo #mencoba mmahmi#:-D
  • Novia Stephani Istari baru datang 1000 tahunan setelah Gladden Field. Dan Saruman kayaknya udah mulai culas sejak dia pergi ke Timur, balik lagi dan menempati Orthanc sebagai rumahnya.

    Kalau baca cerita ini keliatan bahwa Isildur belom kepengaruh sama cincin. Dia ba
    ...See More
  • Novia Stephani Kok Bilvo...maksudnya Bilbo. *kepengaruh huruf Russia*
  • Poppy D Kartadikaria Othar, "Prabu, hamba pergi dulu." *sungkem*
  • Ganda Christian Panggabean Novi: Saruman napain ketimur? dan Orcthan.sblmnya milik siapa?
  • Naufal Rizqi Muttaqien Ish, Mbak Poppy sempet-sempetnya nyempilin cincin Solomon. xD

    Baca ini saya jadi ingat lagi dengan Fellowship of The Ring dan kenapa Gollum bisa dapat cincinnya. *manggut-manggut*

    BTW, salam kenal! Saya newbie di grup dan karya-karya Tolkien.  *salim*
  • Novia Stephani @Ganda Waktu para wizard pertama kali tiba di Middle-earth mereka mengembara untuk mengenal medan. (Kalo gak salah postingan soal wizard udah dibuat file dan diupload ke grup Eorlingas ini, coba cek deh.)

    Orthanc awalnya dibangun oleh dan dijaga Gondor, tapi lalu lama sekali kosong. Saruman datang ke Gondor, minta izin pake, dan dikasih kuncinya (nggak jelas dia bayar kontrakan ato nggak ke Gondor *becanda*).
  • Poppy D Kartadikaria Naufal Rizqi Muttaqien: hihihi, abisnya langsung keinget cincin Solomon juga bikin yg pake kesakitan
  • Poppy D Kartadikaria Kebayang waktu Boromir memenuhi panggilan Elrond buat council, sama Denethor disuruh mampir Isengard dulu. "Nih, tagihan kontrakan Orthanc, bilang ke Saruman dia belon bayar udah lima tahun."

No comments:

Post a Comment